Minggu, 22 Februari 2015

BAB I & BAB II KARYA TULIS ILMIAH


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Saat ini hampir masyarakat di seluruh dunia terkena radang tulang rawan yang dikenal dengan nama Osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan sepuluh besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di Negara berkembang. 80% menyebabkan adanya keterbatasan gerak dan 25% mengganggu aktifitas sehari-hari, seperti ketidakmampuan berjalan sejauh 1 sd 4 mil yang diderita sebanyak 6 juta jiwa, adanya hambatan dalam membungkuk atau naik-turun tangga yang diderita sebanyak 6 juta jiwa, serta keterbatasan dalam melakukan aktifitasaktifitas sosial yang dialami sebanyak 2 juta jiwa pasien OA. Akibat dari keterbatasan dalam bergerak dan beraktifitas, sebesar 18,1% pasien OA menderita depresi mayor, sementara kelainan pada jaringan ikat dan rematik menyumbang terjadinya kematian (mortalitas) sebesar 28% (World Health Organization, 2013).
Dulu Osteoarhtrtis dianggap penyakit degeneratif, atau penyakit orang tua karena sendi menjadi aus atau usang, namun dewasa ini diketahui melalui penelitian-penelitian ternyata selain akibat aus terdapat proses peradangan yang mempengaruhi kerusakan pada sendi.  Usia merupakan faktor resiko umum terjadinya OA, dimana kejadian semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, sebanyak 50% kejadian OA diderita pada usia 65 tahun atau lebih. Sayangnya dengan semakin tingginya populasi lansia dewasa ini yaitu menginjak 380 juta jiwa, memungkinkan untuk terjadinya OA akan semakin meningkat, ditambah perkiraan pada tahun 2020 populasi lansia akan meningkat 82% menjadi 680 juta jiwa. Jika dibandingkan terhadap tiap angka kelahiran hidup, populasi lansia pada tahun 2020 sebanyak 15 jiwa tiap satu kelahiran hidup, angka ini pada Negara berkembang sebanyak 4 jiwa tiap satu kelahiran hidup (Center For Disease Control And Prevention, 2013)

 Seperti diketahui, Sendi lutut menanggung lebih dari separuh berat badan yakni sekitar 70%. Selain itu, punggung menanggung 20% dari berat badan, penggelangan kaki 20%, vertebra 30%, cervical 20%, bahu 15%, serta sendi – sendi pergelangan tangan tetapi sangat jarang ditemui. Berat badan sering dikaitkan sebagai faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et al (1990) menunjukkan bahwa obesitas (obese) memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko OA lutut. Osteoarthritis (OA) menyerang pria dan wanita.
Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka penanganan OA pada lutut harus diusahakan seoptimal mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan – keluhan yang ditimbulkan OA pada lutut tersebut. OA pada lutut dapat menimbulkan gangguan kapasitas fisik yang berupa : (1) Adanya nyeri pada lutut baik nyeri diam, tekan ataupun gerak, (2) Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi karena nyeri, (3) Adanya spasme, penurunan kekuatan otot dan odema. Sedangkan gangguan  fungsionalnya  berupa: (1) Adanya  gangguan  aktifitas  jongkok  berdiri terutama saat toileting, (2)  Kesulitan  untuk  naik  turun  tangga  terutama  saat menekuk dan menapak.
Selain  alat  terapi  dengan  Short Wave Diarthermy (SWD), fisioterapi juga  menggunakan  Terapi Latihan  (TL).  Pada  kondisi OA pada lutut apabila dilakukan secara teratur dapat mengurangi nyeri  pada  sendi  lutut,  mengurangi  spasme, mencegah kontraktur, meningkatkan kekuatan otot dan LGS serta odema.
Pengurangan nyeri spasme dan keterbatasan lingkup gerak (LGS) lutut dapat dilakukan dengan latihan yang teratur. Teknik gerakan dan fiksasi yang benar dapat menyeimbangkan aktifitas anatara otot fleksor dan ekstensor lutut. Pemberian terapi latihan secara aktif akan berpengaruh terhadap otot, sendi dan tulang. Sehingga terjadi pumping action pada lutut. Dengan adanya pumping aciton akan meningkatkan sirkulasi darah, curah jantung dan metabolisme.
Dalam hal ini akan memberikan efek sedative (penanganan, dimana dalam proses mengurangi nyeri terjadi pembuangan zat – zat yang menyebabkan nyeri) sehingga nyeri akan berkurang. Spasme berkurang, lingkup gerak sendi meningkat dan mencegah terjadinya kontraktur dengan demikian akan mengembalikkan aktifitas sendi penderita seperti semula.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas diperoleh beberapa masalah, antara lain:
1.        Bagaimanakah SWD dan Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri diam, tekanan gerak, odema dan spasme pada kondisi Osteoarthritis lutut?
2.        Bagaimanakah Terapi Latihan dalam meningkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot pada kondisi Osteoarthritis lutut ?
3.        Bagaimanakah SWD dan Terapi Latihan dalam peningkatan aktifitas fungsional seperti jongkok, berdiri, berdiri lama, dan berjalan jauh pada kondisi Osteoarthritis lutut ?
C.      Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, antara lain:
1.        Untuk mengetahui peran SWD dan Terapi Latihan dalam mengurangi nyeri diam, tekanan gerak, odema dan spasme pada kondisi Osteoarthritis lutut.
2.        Untuk mengetahui peran Terapi Latihan dalam menigkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot pada kondisi Osteoarthritis lutut.
3.        Untuk mengetahui peran SWD dan Terapi Latihan dalam peningkatan aktifitas fungsional seperti jongkok, berdiri, berdiri lama, dan berjalan jauh pada kondisi Osteoarthritis lutut.



D.      Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Umum
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan penelitian ilmiah di dalam bidang Kesehatan.
2.      Manfaat Khusus
a.         Bagi Jurusan Fisioterapi
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu Fisioterapi.
b.        Bagi Pembaca
Untuk memberikan informasi seputar penatalaksanaan fisioterapi pada penderita Osteoarthritis.
c.         Bagi Penulis
Sebagai bahan kajian lebih lanjut di massa yang akan datang.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Pengertian Fisioterapi
Dalam artikel yang telah dikutip dari http://intanputriani.weblog.esaunggul.ac.id/2013/07/14/pengertian-fisioterapi-menurut-organisasi-fisioterapi-di-seluruh-dunia/ dijelaskan macam pengertian fisioterapi menurut organisasi – organisasi di dunia antara lain:
APTA menyebutkan Fisioterapi merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik yang luas untuk memelihara, mengembangkan dan memulihkan fungsi fisik secara optimal.” (diterjemahkan dari Journal The American Physical Therapy Association)
Canadian Physiotherapy Association juga menyebutkan “Physiotherapists are primary health care professionals with a significant role in health promotion and treatment of injury and disease. They combine their in-depth knowledge of the body and how it works with specialized hands-on clinical skills to assess, diagnose and treat symptoms of illness, injury or disability.” Atau Fisioterapi merupakan ahli perawatan kesehatan primer dengan peran penting dalam peningkatan kesehatan dan pengobatan cedera serta penyakit. Mereka menggabungkan pengetahuan mendalam mereka tentang tubuh dan bagaimana cara kerjanya dengan mengkhususkan keterampilan tangan klinis untuk menilai, mendiagnosa dan mengobati gejala penyakit, cedera atau cacat.
Fisioterapi “memberikan layanan kepada individu maupun penduduk untuk membangun, memelihara dan memulihkan gerak yang maksimum dan kemampuan fungsional selama kehidupan. Dimana gerakan dan fungsi dipengaruhi oleh penuaan, cedera atau penyakit, fisioterapi bertujuan untuk memaksimalkan kualitas kehidupan individu melalui peningkatan, pencegahan dan rehabilitasi. Hal ini termasuk, fisik, psikologis, kesejahteraan emosional dan sosial dari para klien, keluarga mereka, perawat serta masyarakat dan penduduk pada umumnya. (diterjemahkan dari Singapore Physiotherapy Association)
Menurut Malaysian Physiotherapy Association,Physiotherapy means an individual who is trained and registered as a physiotherapist to promote, Prevent, analyze , make physiotherapy diagnosis , carry out Physiotherapy treatment. intervene , habilitate and rehabilitate of any form of physical conditions and disabilities to restore optimum movement and functional abilities.” Atau Fisioterapi berarti seorang individu yang terlatih dan terdaftar sebagai seorang fisioterapis untuk mempromosikan, mencegah, menganalisis, membuat diagnosis fisioterapi, melaksanakan pengobatan fisioterapi, intervensi, membiayai dan merehabilitasi dari segala bentuk kondisi fisik dan cacat untuk mengembalikan gerakan optimal dan kemampuan fungsional.
Menurut Deutscher Verband für Physiotherapie (ZVK) e.V.,Physiotherapie nutzt als natürliches Heilverfahren die passive – z.B. durch den Therapeuten geführte – und die aktive, selbstständig ausgeführte Bewegung des Menschen sowie den Einsatz physikalischer Maßnahmen zur Heilung und Vorbeugung von Erkrankungen.” Atau Fisioterapi berguna sebagai tindakan penyembuhan alami misalnya yang dilakukan oleh ahli Fisioterapi secara pasif dan aktif, dilakukan oleh manusia itu sendiri melalui tindakan secara fisik untuk penyembuhan dan pencegahan berbagai penyakit.
Menurut Kepmenkes 1363 dari laman http://kinetafisioterapi.wordpress.com/tag/fisioterapi menyebutkan Fisioterapi merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, modalitas, pelatihan fungsi, dan komunikas.”
Sedangkan menurut Wikipedia bahasa Indonesia, “Fisioterapi merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Fisioterapi merupakan salah satu profesi kesehatan yang menyediakan perawatan untuk mengembangkan, memelihara, dan memaksimalkan gerak dan fungsi gerak dalam kehidupan seseorang, terutama saat terjadi gangguan gerak dan fungsi gerak akibat penuaan, cedera/trauma fisik, penyakit, dan faktor lingkungan lainnya.
B.       Osteoarthritis
1.        Pengertian Osteoarthritis
Menurut artikel yang dilansir dari http://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/ostheoarthritis.html Osteoarthritis berasal dari kata-kata dalam bahasa Yunani yang berarti osteo (tulang) artho (sendi) dan itis (peradangan inflamasi). Banyak ahli  berpendapat penyakit tersebut disebut sebagai arthrosis yang berarti suatu penyakit  sendi  degeneratif.
Menurut artikel yang sama, Osteoarthritis sendi lutut adalah salah satu jenis penyakit sendi yang sering dijumpai yang mengenai tulang rawan sendi lutut. Selain itu permukaan sendi lutut atau tulang rawan sendi. Osteoarthritis sendi lutut atau disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah susatu kelainan pada tulang rawang sendi yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist dan radiologis. Menurut (Felson, 2009:167) dalam terjemahanny dijelaskan Osteoartitis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. Menurut Partono dalam artikel http://adeputrasuma.blogspot.com /2013/07/ostheoarthritis.html dijelaskan Osteoarthritis adalah kelainan non inflamasi dari sendi yang bergerak (sendi synovial) sehingga menyebabkan gangguan fungsi abrasiu tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi atau disekitarnya. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Osteoartritis adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung -ujung tulang penyusun sendi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Osteoarhtritis lutut adalah suatu penyakit yang degeneratif sendi yang menyerang tulang rawan sendi lutut sehingga menimbulkan nyeri, radang pada lutut.
2.        Epidemiologi Osteoartritis
Menurut e-book yang telah diunduh di laman http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fdigilib.esaunggul.ac.id%2Fpublic%2FUEU-Undergraduate-2773-bab1.pdf&ei=9lOGVMCyOOjEm wWIs4D4DQ&usg=AFQjCNE-YWNRs0VVdCFEasWygvrr4uRxqA& sig2=cc8UQEPX8FhZDJ6epUzKaw dijelaskan Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Beberapa ahli melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7. Osteoarthritis lutut juga mengenai sekitar sendi lutut seperti: tulang subchondral, kapsul sendi dan otot-otot yang melekat disekitar sendi lutut. Bahwa usia 45 tahun hanya berkurang dari 2% manusia yang menderita osteoarthritis, angka ini meningkat menjadi 30% pada usia manusia antara 45-64 tahun dan pada usia manusia diatas 65 tahun antara 63%-83% akan menderita osteoarthritis.



3.        Patogenesis Osteoartritis
Menurut e-book yang telah diunduh di laman http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fdigilib.esaunggul.ac.id%2Fpublic%2FUEU-Undergraduate-2773-bab1.pdf&ei=9lOGVMCyOOjEm wWIs4D4DQ&usg=AFQjCNE-YWNRs0VVdCFEasWygvrr4uRxqA& sig2=cc8UQEPX8FhZDJ6epUzKaw dijelaskan Berdasarkan penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti ( tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA sekunder ( Soeroso, 2006 ).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ). Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera ( Felson, 2009 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori afferen dan tulang di dasarnya . Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of motion) sendi (Felson, 2009).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2009).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson, 2009).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2009).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang kartilago . Kartilago memiliki metabolisme yang lamban, dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson, 2009). Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya OA pada sendi (Felson, 2009).
C.      Persendian
Menurut (Luklukaningsih Z,. 2014:6-7) dijelaskan Persendian adalah hubungan antara 2 tulang atau lebih. Persendian dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.        Hubungan Sinartrosis
a.         Sinkondrosis : antar tulang dihubungkan melalui tulang rawan sehingga memungkinkan sedikit gerak akibat elastisitas tulang rawan.
Contoh :
1)        Hubungan antara tulang dada dengan tulang rusuk
2)        Hubungan ruas – ruas tulang belakang
b.        Sinfrosis : kedua ujung tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosis yang akhirnya mengalami penulangan sehingga tidak memungkinkan terjadinya gerakan.
Contoh :
1)        Hubungan antar tulang – tulang tengkorak
2.         Hubungan Diartrosis
Hubungan antar tulang ini memungkinkan terjadinya gerakan karena pada ujung – ujung tulang terdapat lapisan tulang rawan hyalin yang dilmasi dengan cairan synovial, meliputi:
a.         Sendi Engsel, terdapat pada hubungan tulang ruas – ruas jari, lutut, siku.
b.        Sendi Putar, terdapat pada hubungan antara:
1)        Tulang hasta dengan pengupil
2)        Tulang kepala dengan atlas
c.         Sendi Pelana, terdapat pada hubungan antara:
1)        Ruas – ruas jari kaki dengan telapak kaki
d.        Sendi Peluru, terdapat pada hubungan antara:
1)        Tulang lengan dengan bahu
2)        Tulang paha dengan panggul
e.         Sendi Kaku, terdapat pada hubungan antara:
1)        Tulang – tulang pergelangan tangan
2)        Tulang – tulang pergelangan kaki
D.      Sendi Lutut
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial                      (C.Evelyn, 2013 : 116). Dia juga menyebutkan bahwa sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan yang dibentuk oleh kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil tibia. Patela terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan di atas itu patela meluncur sewaktu sendi bergerak. Patela berada di depan bagian – bagian persendian utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut.
Sendi Lutut adalah sendi terbesar dalam tubuh dan salah satu yang paling kompleks. Lutut merupakan pertemuan tulang paha (femur) dengan tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula) yang ditutup oleh tempurung lutut (patela). Ketiga tulang itu saling dihubungkan dengan ligamen. (http://kamuskesehatan.com/arti/lutut). Menurut Ballinger dari http://aretnasih.blogspot.com/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html) Sendi Lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh ligament.
Dapat disimpulkan bahwa, Sendi Lutut (Knee Joint) merupakan salah satu persendian dalam tubuh yang disusun oleh 2 tulang utama yakni tulang paha dan tulang kering.
1.      Anatomi Sendi Lutut
Sendi lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesesuaian bentuk, kedua condylus dari femur secara bersama sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran tibia tidak rata permukaannya, ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus. Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk suatu sendi yaitu: antara tulang femur dan patella disebut articulatio patella femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio tibio femorale. Yang secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi lutut atau knee joint. (http://poenya-moe.blogspot.com/2010/12/regio-knee-joint-sendi-lutut.html)
2.      Penyusun Sendi Lutut
1.      Tulang
Menurut artikel yang sama, Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain: Os femur distal, tibia proximal, Os fibula, dan Os patella.
a)      Os femur (tulang paha)
     Os femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah dengan tibia. Femur terdiri dari epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus  lateralis dan epicondylus medialis. Dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan patella. Dan dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa intercondyloidea.
b)      Os Patella (Tulang tempurung lutut)
Os Patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articulararis medialis yang sempit.


c)      Os Tibia (tulang kering)
Os tibia terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis, epiphysis distalis. Epiphysis proximalis pada tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran sendi yang disebut facies artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementia intercondyloidea.  
d)     Os Fibula (Tulang Betis)
     Os fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah lateral dan tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang ke proximalis meruncing menjadi apex capitulis fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang disebut facies articularis capitis fibula untuk bersendi dengan tibia. Diapiphysis mempunyai crista lateralis, crista medialis, crista lateralis dan facies posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar.
2.      Ligamen
Ligamen mempunyai sifat extensibility dan kekuatan yang cukup kuat (tensile strength) yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu:
a)        Ligamen cruciatum anterior yang berjalan dari depan eminentio intercondyloidea tibia ke permukaan medial condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b)        Ligamen cruciatum posterior berjalan dan facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.
c)        Ligamen collateral lateral yang berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakkan varus atau samping luar.
d)       Ligamen collateral mediale berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya tibia ke depan pada posisi lutut 90°.
e)        Ligament popliteum obliqum berasal dari condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat pada fascia musculus popliteum,
f)         Ligament transversum genu membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis.
3.      Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut terdiri dari dua lapisan yaitu :  stratum fibroswn dan atratum synovial. Stratum fibroswn merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau selubung  stratum synovial yang bersatu dengan bursa suprapatellaris, stratum synovial ini merupakan lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan synovial untuk melicinkan permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses penyembuhan.
4.      Jaringan lunak
a)        Meniscus
     Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis dan medialis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut atau shock absorber (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
b)        Bursa
     Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1) bursa popliteus (2) bursa supra pateliaris (3) bursa infra paterallis (4) bursa sulcutan prapateliaris (5) bursa subpatelliaris.
c)        Sistem persyarafan
     Pada daerah lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang berasal dari serabut lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus disepanjang permukaan posterior paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua bagian yaitu: nervus peroneus communis dan nervus tibialis. Nervus peroneus communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah menjadi nervus superficialis.
d)       Sistem peredaran darah
1)        Sistem peredaran darah arteri
     Peredaran darah yang sistem peredaran darah yang menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut, Arteri yang memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara sendi lutut.
2)        Sistem peredaran darah vena
     Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri. Pembuluh darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena femoralis.
E.       Short Wave Diathermy (SWD)
SWD adalah Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Dalam beberapa dekade terakhir atau lebih, banyak profesional edis telah menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu pasien mereka dalam penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi penggunaan obat penghilang rasa sakit yang digunakan dalam jangka panjang. (http://yutrithanaya.blogspot.com/2010/12/alat-alat-fisioterapi.html). Menurut artikel yang dilansir di halaman http://fisioterapiduniaku .blogspot.com/2013/11/penatalaksanaan-sprain-dengan-swd.html, Short Wave Diarthermy (SWD) adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada Short Wave Diathermy, yaitu :
1)        Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2)        Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3)        Frekuensi 40,68 MHz dengan panjang gelombang 7,5 meter.
Jadi dapat disimpulkan bahwa SWD merupakan suatu alat elektromagnetik yang mengeluarkan panas dan bisanya digunakan sebagai alat terapi.
F.       Terapi Latihan
Menurut Gardiner (1964) dalam artikel dari web  http://wishnusubroto.blogspot.com/2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html menyebutkan Exercise therapy is means of accelerating the patient is from injuries and disease which have altered his normal way living. Artinya, Terapi Latihan adalah suatu cara mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit tertentu yang pernah mengubah cara hidupnya yang normal. Terapi latihan merupakan salah satu latihan modalitas fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk memelihara atau perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, relaksasi,        koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional. (http://chriztpr.blogspot.com/2013/02/terapi-latihan.html).



Dalam e-book yang diunduh dari http://www.google.com/url?sa=t&rct =j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FBuku%2520Ajar%2520Kuliah%2520Fisioterapi.pdf&ei=raeOVOXLEcGSuAS454CAAg&usg=AFQjCNGFcgOkHf0upscuSR0Ccq54tneOaQ&sig2=RA80YY2wyQi9z6FnB34eS  dijelaskan teknik Terapi Latihan ini merupakan teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan terutama pada keadaan kronis. Pada penggunaannya,  jenis, frekuensi, intensitas dan durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jenis latihan yang dapat dilakukan berupa latihan isometric, isotonic, aerobik maupun latihan akuatik. Jenis – jenis latihan ini biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak, meningkatkan kekuatan, koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan dapat dilakukan secara aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa bantuan orang lain ataupun pasif dimana gerakan dilakukan berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti stroke, penggantian sendi maupun penuaan.
Excercise Therapy merupakan suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya mengunakan   latihan – latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif dengan sasaran orang sakit maupun sehat. (Luklukaningsih Z,. 2014:101)
Tujuan terapi latihan dalam web http://wishnusubroto.blogspot.com /2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html:
1.        Memajukan aktifitas penderita dimana dan bilamana perlu.
2.        Memperbaiki otot-otot yang tidak efisien dan memperoleh kembali jarak gerak sendi yang normal tanpa memperlambat usaha mencapai gerakkan yang berfungsi dan efisien.
3.        Memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat mengembalikan ke aktifitas normal.
4.        Mencegah gangguan fungsi, mengembangkan, memperbaiki, mengembalikan dan memelihara :
a. Kekuatan otot.
b.        Daya tahan dan kebugaran kardiovaskuler.
c.         Mobility dan flexibility
d.        Stabilitas
e.         Rileksasi
f.         Koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional
Setelah melalu proses komprehensif tujuan terapi latihan berguna untuk :
1.        Indentifikasi problem pasien.
2.        Keterbatasan fungsi.
3.        Jenis gangguan.
4.        Kemungkinan timbulnya kecacatan.
Adapun teknik terapi latihan dan gerakan yang dipergunakan dapat digolongkan sebagai berikut (Luklukaningsih Z,. 2014:101) :
1.        Aktive movement :
a.       Voluntary movement :
1)      Assisted active movement.
2)      Free active movement.
3)      Assisted-resisted active movement.
4)      Resisted active movement.
b.      Involuntary movement : misalnya refleks.
2.      Pasive movement :
a.      Relaxed passive movement.
b.      Forced passive movement.
c.       Manipulative passive movement.
Jadi dapat disimpulkan, Terapi Latihan merupakan salah  latihan fisioterapi yang menggunakan gerak tubuh baik aktif maupun pasif