BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Saat
ini hampir masyarakat di seluruh dunia terkena radang tulang rawan yang dikenal
dengan nama Osteoarthritis. Osteoarthritis
merupakan sepuluh besar penyakit yang menyebabkan disabilitas di Negara
berkembang. 80% menyebabkan adanya keterbatasan gerak dan 25% mengganggu
aktifitas sehari-hari, seperti ketidakmampuan berjalan sejauh 1 sd 4 mil yang
diderita sebanyak 6 juta jiwa, adanya hambatan dalam membungkuk atau naik-turun
tangga yang diderita sebanyak 6 juta jiwa, serta keterbatasan dalam melakukan
aktifitasaktifitas sosial yang dialami sebanyak 2 juta jiwa pasien OA. Akibat
dari keterbatasan dalam bergerak dan beraktifitas, sebesar 18,1% pasien OA
menderita depresi mayor, sementara kelainan pada jaringan ikat dan rematik
menyumbang terjadinya kematian (mortalitas) sebesar 28% (World Health
Organization, 2013).
Dulu
Osteoarhtrtis dianggap penyakit
degeneratif, atau penyakit orang tua karena sendi menjadi aus atau usang, namun
dewasa ini diketahui melalui penelitian-penelitian ternyata selain akibat aus
terdapat proses peradangan yang mempengaruhi kerusakan pada sendi. Usia merupakan faktor resiko umum terjadinya
OA, dimana kejadian semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
sebanyak 50% kejadian OA diderita pada usia 65 tahun atau lebih. Sayangnya
dengan semakin tingginya populasi lansia dewasa ini yaitu menginjak 380 juta
jiwa, memungkinkan untuk terjadinya OA akan semakin meningkat, ditambah
perkiraan pada tahun 2020 populasi lansia akan meningkat 82% menjadi 680 juta
jiwa. Jika dibandingkan terhadap tiap angka kelahiran hidup, populasi lansia
pada tahun 2020 sebanyak 15 jiwa tiap satu kelahiran hidup, angka ini pada
Negara berkembang sebanyak 4 jiwa tiap satu kelahiran hidup (Center For Disease Control And Prevention,
2013)
Seperti diketahui, Sendi lutut menanggung
lebih dari separuh berat badan yakni sekitar 70%. Selain itu, punggung
menanggung 20% dari berat badan, penggelangan kaki 20%, vertebra 30%, cervical
20%, bahu 15%, serta sendi – sendi pergelangan tangan tetapi sangat jarang
ditemui. Berat badan sering dikaitkan sebagai
faktor yang memperparah OA pasien. Pada sendi lutut, dampak buruk dari berat
badan berlebih dapat mencapai empat hingga lima kali lebih besar sehingga mempercepat
kerusakan struktur tulang rawan sendi. Hasil penelitian Davis et al (1990)
menunjukkan bahwa obesitas (obese)
memberikan nilai odds ratio sebanyak 8.0 terhadap risiko OA lutut. Osteoarthritis
(OA) menyerang pria dan wanita.
Mengingat pentingnya fungsi dari sendi lutut, maka penanganan OA pada lutut
harus diusahakan seoptimal mungkin, dengan lebih dulu memahami keluhan –
keluhan yang ditimbulkan OA pada lutut tersebut. OA pada lutut dapat
menimbulkan gangguan kapasitas fisik yang berupa : (1) Adanya nyeri pada lutut
baik nyeri diam, tekan ataupun gerak, (2) Adanya keterbatasan lingkup gerak
sendi karena nyeri, (3) Adanya spasme,
penurunan kekuatan otot dan odema. Sedangkan gangguan fungsionalnya
berupa: (1) Adanya gangguan aktifitas jongkok
berdiri terutama saat toileting, (2)
Kesulitan untuk naik turun tangga terutama
saat menekuk dan menapak.
Selain alat terapi dengan Short Wave Diarthermy (SWD), fisioterapi
juga menggunakan Terapi Latihan (TL). Pada kondisi
OA pada lutut apabila dilakukan secara teratur dapat mengurangi nyeri pada sendi lutut,
mengurangi spasme, mencegah kontraktur, meningkatkan kekuatan otot dan
LGS serta odema.
Pengurangan nyeri spasme dan keterbatasan lingkup
gerak (LGS) lutut dapat dilakukan dengan latihan yang teratur. Teknik gerakan
dan fiksasi yang benar dapat menyeimbangkan aktifitas anatara otot fleksor dan
ekstensor lutut. Pemberian terapi latihan secara aktif akan berpengaruh
terhadap otot, sendi dan tulang. Sehingga terjadi pumping action pada lutut. Dengan adanya pumping aciton akan meningkatkan sirkulasi darah, curah jantung dan
metabolisme.
Dalam hal ini akan memberikan efek sedative (penanganan, dimana dalam
proses mengurangi nyeri terjadi pembuangan zat – zat yang menyebabkan nyeri)
sehingga nyeri akan berkurang. Spasme berkurang, lingkup gerak sendi meningkat
dan mencegah terjadinya kontraktur dengan demikian akan mengembalikkan
aktifitas sendi penderita seperti semula.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas diperoleh beberapa masalah,
antara lain:
1.
Bagaimanakah SWD dan Terapi Latihan dalam
mengurangi nyeri diam, tekanan gerak, odema
dan spasme pada kondisi Osteoarthritis lutut?
2.
Bagaimanakah Terapi Latihan dalam meningkatkan
lingkup gerak sendi dan kekuatan otot pada kondisi Osteoarthritis lutut ?
3.
Bagaimanakah SWD dan Terapi Latihan dalam
peningkatan aktifitas fungsional seperti jongkok, berdiri, berdiri lama, dan
berjalan jauh pada kondisi Osteoarthritis
lutut ?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini, antara lain:
1.
Untuk mengetahui peran SWD dan Terapi
Latihan dalam mengurangi nyeri diam, tekanan gerak, odema dan spasme pada
kondisi Osteoarthritis lutut.
2.
Untuk mengetahui peran Terapi Latihan
dalam menigkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot pada kondisi Osteoarthritis lutut.
3.
Untuk mengetahui peran SWD dan Terapi
Latihan dalam peningkatan aktifitas fungsional seperti jongkok, berdiri,
berdiri lama, dan berjalan jauh pada kondisi Osteoarthritis lutut.
D.
Manfaat
Penelitian
1. Manfaat
Umum
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
melaksanakan penelitian ilmiah di dalam bidang Kesehatan.
2.
Manfaat Khusus
a.
Bagi Jurusan
Fisioterapi
Sebagai tambahan
kepustakaan dalam pengembangan ilmu Fisioterapi.
b.
Bagi Pembaca
Untuk memberikan informasi seputar penatalaksanaan
fisioterapi pada penderita Osteoarthritis.
c.
Bagi Penulis
Sebagai bahan kajian lebih lanjut di massa yang akan
datang.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Pengertian Fisioterapi
Dalam artikel yang telah dikutip dari http://intanputriani.weblog.esaunggul.ac.id/2013/07/14/pengertian-fisioterapi-menurut-organisasi-fisioterapi-di-seluruh-dunia/ dijelaskan macam pengertian fisioterapi menurut
organisasi – organisasi di dunia antara lain:
APTA menyebutkan Fisioterapi
merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik
yang luas untuk memelihara, mengembangkan dan memulihkan fungsi fisik secara
optimal.” (diterjemahkan dari Journal The American Physical
Therapy Association)
Canadian
Physiotherapy Association juga menyebutkan “Physiotherapists are primary health
care professionals with a significant role in health promotion and treatment of
injury and disease. They combine their in-depth knowledge of the body and how
it works with specialized hands-on clinical skills to assess, diagnose and
treat symptoms of illness, injury or disability.” Atau Fisioterapi merupakan ahli perawatan
kesehatan primer dengan peran penting dalam peningkatan kesehatan dan
pengobatan cedera serta penyakit. Mereka menggabungkan pengetahuan mendalam
mereka tentang tubuh dan bagaimana cara kerjanya dengan mengkhususkan
keterampilan tangan klinis untuk menilai, mendiagnosa dan mengobati gejala
penyakit, cedera atau cacat.
Fisioterapi “memberikan layanan
kepada individu maupun penduduk untuk membangun, memelihara dan memulihkan
gerak yang maksimum dan kemampuan fungsional selama kehidupan. Dimana gerakan
dan fungsi dipengaruhi oleh penuaan, cedera atau penyakit, fisioterapi
bertujuan untuk memaksimalkan kualitas kehidupan individu melalui peningkatan,
pencegahan dan rehabilitasi. Hal ini termasuk, fisik, psikologis, kesejahteraan
emosional dan sosial dari para klien, keluarga mereka, perawat serta masyarakat
dan penduduk pada umumnya. (diterjemahkan dari Singapore Physiotherapy Association)
Menurut
Malaysian Physiotherapy Association,
“Physiotherapy
means an individual who is trained and registered as a physiotherapist to
promote, Prevent, analyze , make physiotherapy diagnosis , carry out
Physiotherapy treatment. intervene , habilitate and rehabilitate of any form of
physical conditions and disabilities to restore optimum movement and functional
abilities.” Atau Fisioterapi berarti seorang
individu yang terlatih dan terdaftar sebagai seorang fisioterapis untuk
mempromosikan, mencegah, menganalisis, membuat diagnosis fisioterapi,
melaksanakan pengobatan fisioterapi, intervensi, membiayai dan merehabilitasi
dari segala bentuk kondisi fisik dan cacat untuk mengembalikan gerakan optimal
dan kemampuan fungsional.
Menurut
Deutscher Verband für Physiotherapie
(ZVK) e.V., “Physiotherapie nutzt als natürliches Heilverfahren die passive – z.B.
durch den Therapeuten geführte – und die aktive, selbstständig ausgeführte
Bewegung des Menschen sowie den Einsatz physikalischer Maßnahmen zur Heilung
und Vorbeugung von Erkrankungen.” Atau Fisioterapi berguna sebagai
tindakan penyembuhan alami misalnya yang dilakukan oleh ahli Fisioterapi secara
pasif dan aktif, dilakukan oleh manusia itu sendiri melalui tindakan secara
fisik untuk penyembuhan dan pencegahan berbagai penyakit.
Menurut Kepmenkes 1363 dari laman http://kinetafisioterapi.wordpress.com/tag/fisioterapi menyebutkan Fisioterapi
merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual,
peningkatan gerak, modalitas, pelatihan fungsi, dan komunikas.”
Sedangkan menurut Wikipedia bahasa Indonesia, “Fisioterapi merupakan ilmu yang menitikberatkan untuk menstabilkan
atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang
kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.”
Jadi
dapat disimpulkan bahwa, Fisioterapi merupakan salah satu profesi kesehatan
yang menyediakan perawatan untuk mengembangkan, memelihara, dan memaksimalkan
gerak dan fungsi gerak dalam kehidupan seseorang, terutama saat terjadi
gangguan gerak dan fungsi gerak akibat penuaan, cedera/trauma fisik, penyakit,
dan faktor lingkungan lainnya.
B. Osteoarthritis
1.
Pengertian Osteoarthritis
Menurut artikel yang dilansir dari http://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/ostheoarthritis.html Osteoarthritis berasal
dari kata-kata dalam bahasa Yunani yang berarti osteo (tulang) artho
(sendi) dan itis (peradangan
inflamasi). Banyak ahli berpendapat penyakit tersebut disebut sebagai arthrosis yang berarti suatu
penyakit sendi degeneratif.
Menurut artikel yang sama, Osteoarthritis
sendi lutut adalah salah satu jenis penyakit sendi yang sering dijumpai yang
mengenai tulang rawan sendi lutut. Selain itu permukaan sendi lutut atau tulang
rawan sendi. Osteoarthritis sendi
lutut atau disebut juga penyakit sendi degeneratif adalah susatu kelainan pada
tulang rawang sendi yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist dan
radiologis. Menurut (Felson, 2009:167) dalam
terjemahanny dijelaskan Osteoartitis
(OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari
sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan hyalin sendi, meningkatnya ketebalan
serta sklerosis dari lempeng tulang,
pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya
peradangan, dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. Menurut
Partono dalam artikel http://adeputrasuma.blogspot.com
/2013/07/ostheoarthritis.html dijelaskan Osteoarthritis adalah kelainan non inflamasi dari
sendi yang bergerak (sendi synovial) sehingga menyebabkan gangguan fungsi
abrasiu tulang rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi
atau disekitarnya. Menurut Wikipedia bahasa Indonesia,
Osteoartritis adalah kondisi di mana
sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung -ujung
tulang penyusun sendi.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa Osteoarhtritis lutut adalah
suatu penyakit yang degeneratif sendi yang menyerang tulang rawan sendi lutut
sehingga menimbulkan nyeri, radang pada lutut.
2.
Epidemiologi
Osteoartritis
Menurut e-book yang telah diunduh di laman http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fdigilib.esaunggul.ac.id%2Fpublic%2FUEU-Undergraduate-2773-bab1.pdf&ei=9lOGVMCyOOjEm
wWIs4D4DQ&usg=AFQjCNE-YWNRs0VVdCFEasWygvrr4uRxqA& sig2=cc8UQEPX8FhZDJ6epUzKaw
dijelaskan Osteoartritis merupakan
penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Beberapa ahli melaporkan
bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA.
OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa.
Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa
dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%. Pada pria dengan kelompok umur
yang sama, dijumpai 23% menderita OA pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya
didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang
terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan
pada lutut kiri sebanyak 24,7. Osteoarthritis lutut juga
mengenai sekitar sendi lutut seperti: tulang subchondral, kapsul sendi dan otot-otot yang melekat disekitar
sendi lutut. Bahwa usia 45 tahun hanya berkurang dari 2% manusia yang menderita
osteoarthritis, angka ini meningkat
menjadi 30% pada usia manusia antara 45-64 tahun dan pada usia manusia diatas
65 tahun antara 63%-83% akan menderita osteoarthritis.
3.
Patogenesis Osteoartritis
Menurut e-book yang telah diunduh di laman http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CCYQFjAB&url=http%3A%2F%2Fdigilib.esaunggul.ac.id%2Fpublic%2FUEU-Undergraduate-2773-bab1.pdf&ei=9lOGVMCyOOjEm
wWIs4D4DQ&usg=AFQjCNE-YWNRs0VVdCFEasWygvrr4uRxqA& sig2=cc8UQEPX8FhZDJ6epUzKaw dijelaskan Berdasarkan
penyebabnya, OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA
primer, atau dapat disebut OA idiopatik, tidak memiliki penyebab yang pasti (
tidak diketahui ) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder, berbeda dengan OA primer, merupakan OA
yang disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin, metabolik,
pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus
OA primer lebih sering dijumpai pada praktik sehari-hari dibandingkan dengan OA
sekunder ( Soeroso, 2006 ).
Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari
proses penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa OA
merupakan gangguan keseimbangan dari metabolisme kartilago dengan kerusakan
struktur yang penyebabnya masih belum jelas diketahui ( Soeroso, 2006 ).
Kerusakan tersebut diawali oleh kegagalan mekanisme perlindungan sendi serta
diikuti oleh beberapa mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan cedera
( Felson, 2009 ).
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung
sendi yaitu : Kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori afferen dan tulang di dasarnya . Kapsula
dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (Range of
motion) sendi (Felson, 2009).
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar
kartilago pada permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago
akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein
pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti
disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi (Felson, 2009).
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung
suatu mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan
balik yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak (Felson,
2009).
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah
inti dari pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi
memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk
menyelesaikan tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang
terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact).
Tumbukan yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga
meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi
untuk menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2009).
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago
dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang
yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan
berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi
sebelum timbulnya OA dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago . Kartilago memiliki metabolisme yang lamban,
dengan pergantian matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara
sintesis dengan degradasi. Namun, pada fase awal perkembangan OA kartilago
sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif. Pada proses timbulnya OA, kondrosit
yang terstimulasi akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak
adekuat ke kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering
habis serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur (Felson, 2009). Kegagalan dari mekanisme
pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan
timbulnya OA pada sendi (Felson, 2009).
C.
Persendian
Menurut (Luklukaningsih Z,. 2014:6-7) dijelaskan Persendian
adalah hubungan antara 2 tulang atau lebih. Persendian dibedakan menjadi 2
yaitu:
1.
Hubungan Sinartrosis
a.
Sinkondrosis : antar tulang dihubungkan
melalui tulang rawan sehingga memungkinkan sedikit gerak akibat elastisitas
tulang rawan.
Contoh :
1)
Hubungan antara tulang dada dengan tulang
rusuk
2)
Hubungan ruas – ruas tulang belakang
b.
Sinfrosis : kedua ujung tulang dihubungkan
dengan jaringan ikat fibrosis yang
akhirnya mengalami penulangan sehingga tidak memungkinkan terjadinya gerakan.
Contoh :
1)
Hubungan antar tulang – tulang tengkorak
2.
Hubungan Diartrosis
Hubungan
antar tulang ini memungkinkan terjadinya gerakan karena pada ujung – ujung
tulang terdapat lapisan tulang rawan hyalin
yang dilmasi dengan cairan synovial, meliputi:
a.
Sendi Engsel, terdapat pada hubungan tulang
ruas – ruas jari, lutut, siku.
b.
Sendi Putar, terdapat pada hubungan antara:
1)
Tulang hasta dengan pengupil
2)
Tulang kepala dengan atlas
c.
Sendi Pelana, terdapat pada hubungan antara:
1)
Ruas – ruas jari kaki dengan telapak kaki
d.
Sendi Peluru, terdapat pada hubungan antara:
1)
Tulang lengan dengan bahu
2)
Tulang paha dengan panggul
e.
Sendi Kaku, terdapat pada hubungan antara:
1)
Tulang – tulang pergelangan tangan
2)
Tulang – tulang pergelangan kaki
D.
Sendi Lutut
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka.
Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu sendi
fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C.Evelyn, 2013 : 116). Dia
juga menyebutkan bahwa sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan yang
dibentuk oleh kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil tibia. Patela terletak di atas permukaan pateler yang halus
pada femur dan di atas itu patela meluncur sewaktu sendi bergerak. Patela
berada di depan bagian – bagian persendian utama, tetapi tidak masuk ke dalam
formasi sendi lutut.
Sendi
Lutut adalah sendi terbesar dalam tubuh dan salah satu yang
paling kompleks. Lutut merupakan pertemuan tulang paha (femur) dengan
tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula) yang ditutup
oleh tempurung lutut (patela). Ketiga tulang itu saling dihubungkan
dengan ligamen. (http://kamuskesehatan.com/arti/lutut).
Menurut Ballinger
dari http://aretnasih.blogspot.com/2013/11/anatomi-fisiologi-knee-joint.html) Sendi
Lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur, tibia,
fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh
ligament.
Dapat disimpulkan bahwa, Sendi Lutut (Knee
Joint) merupakan salah satu persendian dalam tubuh yang disusun oleh 2
tulang utama yakni tulang paha dan tulang kering.
1.
Anatomi Sendi Lutut
Sendi lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesesuaian bentuk, kedua condylus
dari femur secara bersama sama
membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran tibia tidak rata permukaannya,
ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus. Hubungan-hubungan antara tulang
tersebut membentuk suatu sendi yaitu: antara
tulang femur dan patella disebut articulatio patella femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut articulatio tibio femorale. Yang secara
keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi lutut atau knee joint. (http://poenya-moe.blogspot.com/2010/12/regio-knee-joint-sendi-lutut.html)
2. Penyusun Sendi Lutut
1.
Tulang
Menurut artikel yang sama, Tulang
yang membentuk sendi lutut antara lain: Os femur distal, tibia proximal, Os fibula, dan
Os patella.
a)
Os femur (tulang paha)
Os femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah dengan tibia.
Femur terdiri dari epiphysis proximal,
diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam
persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis distalis merupakan bulatan sepasang yang
disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Dibagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah
bulatan kecil yang disebut epicondylus
lateralis dan epicondylus medialis. Dilihat
dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke lateral yang disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan patella.
Dan dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang disebut fossa
intercondyloidea.
b)
Os Patella (Tulang
tempurung lutut)
Os Patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan apeks menghadap ke
arah distal. Pada permukaan depan
kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal
memiliki permukaan sendi yaitu facies
articularis lateralis yang lebar dan facies articulararis medialis yang sempit.
c)
Os Tibia (tulang kering)
Os tibia terdiri dari epiphysis proximalis, diaphysis, epiphysis distalis. Epiphysis proximalis pada tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus
lateralis dan condylus medialis yang
atasnya terdapat dataran sendi yang disebut facies artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh ementia intercondyloidea.
d)
Os Fibula (Tulang
Betis)
Os fibula ini berbentuk kecil panjang
terletak disebelah lateral dan tibia juga terdiri dari tiga bagian
yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis.
Epiphysis proximalis membulat
disebut capitulum fibula yang
ke proximalis meruncing
menjadi apex capitulis fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang disebut facies articularis capitis fibula untuk bersendi dengan tibia. Diapiphysis mempunyai crista lateralis, crista medialis, crista lateralis dan facies posterior. Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut maleolus
lateralis atau mata kaki luar.
2.
Ligamen
Ligamen mempunyai
sifat extensibility dan
kekuatan yang cukup kuat (tensile
strength) yang berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator sendi.
Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu:
a)
Ligamen cruciatum anterior yang berjalan dari depan eminentio
intercondyloidea tibia ke permukaan medial condyler lateralis
femur yang berfungsi
menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b)
Ligamen cruciatum posterior berjalan dan facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa
intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.
c)
Ligamen collateral lateral yang berjalan dan epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan
gerakkan varus atau samping luar.
d)
Ligamen collateral mediale berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) berfungsi
menahan gerakan valgus atau samping
dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan fungsi-fungsi
ligament colateralle menahan
bergesemya tibia ke depan pada
posisi lutut 90°.
e)
Ligament
popliteum obliqum berasal dari
condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi
membranosus melekat pada fascia
musculus popliteum,
f)
Ligament transversum genu membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis.
3.
Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut terdiri dari dua
lapisan yaitu : stratum fibroswn dan
atratum synovial. Stratum
fibroswn merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau
selubung stratum synovial yang bersatu dengan bursa suprapatellaris, stratum synovial ini merupakan
lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan synovial untuk melicinkan
permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk
proses penyembuhan.
4.
Jaringan lunak
a)
Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis dan medialis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut atau shock absorber (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis dan medialis, Adapun fungsi meniscus adalah: (1) penyebaran pembebanan (2) peredam kejut atau shock absorber (3) mempermudah gerakan rotasi (4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi.
b)
Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1) bursa popliteus (2) bursa supra pateliaris (3) bursa infra paterallis (4) bursa sulcutan prapateliaris (5) bursa subpatelliaris.
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain (1) bursa popliteus (2) bursa supra pateliaris (3) bursa infra paterallis (4) bursa sulcutan prapateliaris (5) bursa subpatelliaris.
c)
Sistem persyarafan
Pada daerah lutut, tungkai
mendapat persyarafan dari nervus
ischiadicus yang berasal dari serabut lumbal
ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini
merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan
terus disepanjang permukaan posterior
paha ke ruang poplitea, lalu syaraf
ini membagi dua bagian yaitu: nervus
peroneus communis dan nervus tibialis.
Nervus peroneus communis pada dataran
lateral capitulum fibula akan
pecah menjadi nervus superficialis.
d)
Sistem peredaran darah
1)
Sistem peredaran darah arteri
Peredaran darah yang sistem
peredaran darah yang menuju ke tungkai dan vena yang juga memelihara darah
sekitar sendi lutut, Arteri yang memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri
yang memelihara sendi lutut.
2)
Sistem peredaran darah vena
Pada umumnya peredaran darah
vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri. Pembuluh darah vena pada
tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena
femoralis.
E.
Short Wave
Diathermy (SWD)
SWD adalah Suatu alat
terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan dengan merubah energi
elektromagnet menjadi energi panas. Dalam beberapa dekade terakhir atau lebih,
banyak profesional edis telah menemukan bahwa ada beberapa cara untuk membantu
pasien mereka dalam penyembuhan tanpa menggunakan atau dengan membatasi
penggunaan obat penghilang rasa sakit yang digunakan dalam jangka panjang. (http://yutrithanaya.blogspot.com/2010/12/alat-alat-fisioterapi.html). Menurut artikel yang
dilansir di halaman http://fisioterapiduniaku
.blogspot.com/2013/11/penatalaksanaan-sprain-dengan-swd.html, Short Wave
Diarthermy (SWD) adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi
elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi
yang digunakan pada Short Wave Diathermy,
yaitu :
1)
Frekuensi 27,12
MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
2)
Frekuensi 13,56
MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
3)
Frekuensi 40,68
MHz dengan panjang gelombang 7,5 meter.
Jadi dapat disimpulkan bahwa SWD merupakan suatu alat
elektromagnetik yang mengeluarkan panas dan bisanya digunakan sebagai alat
terapi.
F.
Terapi Latihan
Menurut
Gardiner (1964) dalam artikel dari web http://wishnusubroto.blogspot.com/2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html menyebutkan Exercise
therapy is means of accelerating the patient is from injuries and disease which
have altered his normal way living. Artinya, Terapi Latihan adalah suatu
cara mempercepat penyembuhan dari suatu penyakit tertentu yang pernah mengubah
cara hidupnya yang normal. Terapi latihan merupakan salah satu latihan modalitas
fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan gerak tubuh baik secara aktif
maupun pasif untuk memelihara atau perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler mobilitas dan fleksibilitas,
stabilitas, relaksasi, koordinasi,
keseimbangan dan kemampuan fungsional. (http://chriztpr.blogspot.com/2013/02/terapi-latihan.html).
Dalam e-book yang diunduh dari http://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&ved=0CDUQFjAE&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2FBuku%2520Ajar%2520Kuliah%2520Fisioterapi.pdf&ei=raeOVOXLEcGSuAS454CAAg&usg=AFQjCNGFcgOkHf0upscuSR0Ccq54tneOaQ&sig2=RA80YY2wyQi9z6FnB34eS dijelaskan teknik Terapi Latihan ini merupakan
teknik fisioterapi yang paling sering dipergunakan terutama pada keadaan
kronis. Pada penggunaannya, jenis,
frekuensi, intensitas dan durasi latihan ditentukan berdasarkan pemeriksaan
fisik. Jenis latihan yang dapat dilakukan berupa latihan isometric,
isotonic, aerobik maupun latihan akuatik. Jenis – jenis latihan ini
biasanya bertujuan untuk memperbaiki jangkauan gerak, meningkatkan kekuatan,
koordinasi, ketahanan, keseimbangan dan postur. Latihan dapat dilakukan secara
aktif dimana penderita mengontrol sendiri gerakannya tanpa bantuan orang lain ataupun
pasif dimana gerakan dilakukan berdasarkan bantuan dari ahli fisioterapi. Terapi
latihan dapat dilakukan pada fase rehabilitasi berbagai jenis kelainan seperti
stroke, penggantian sendi maupun penuaan.
Excercise Therapy
merupakan suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya
mengunakan latihan – latihan gerakan
tubuh baik secara aktif maupun pasif dengan sasaran orang sakit maupun sehat. (Luklukaningsih
Z,. 2014:101)
Tujuan
terapi latihan dalam web http://wishnusubroto.blogspot.com
/2010/02/terapi-latihan-definisi-dikemukakan.html:
1.
Memajukan aktifitas penderita dimana dan
bilamana perlu.
2.
Memperbaiki otot-otot yang tidak efisien
dan memperoleh kembali jarak gerak sendi yang normal tanpa memperlambat usaha
mencapai gerakkan yang berfungsi dan efisien.
3.
Memajukan kemampuan penderita yang telah
ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan,
sehingga dapat mengembalikan ke aktifitas normal.
4.
Mencegah gangguan fungsi, mengembangkan,
memperbaiki, mengembalikan dan memelihara :
a. Kekuatan otot.
b.
Daya tahan dan kebugaran kardiovaskuler.
c.
Mobility dan flexibility
d.
Stabilitas
e.
Rileksasi
f.
Koordinasi, keseimbangan dan kemampuan
fungsional
Setelah melalu proses
komprehensif tujuan terapi latihan berguna untuk :
1.
Indentifikasi problem pasien.
2.
Keterbatasan fungsi.
3.
Jenis gangguan.
4.
Kemungkinan timbulnya kecacatan.
Adapun teknik terapi latihan dan gerakan yang
dipergunakan dapat digolongkan sebagai berikut (Luklukaningsih Z,. 2014:101) :
1.
Aktive
movement :
a. Voluntary movement
:
1)
Assisted
active movement.
2)
Free
active movement.
3)
Assisted-resisted
active movement.
4)
Resisted
active movement.
b. Involuntary movement
: misalnya refleks.
2.
Pasive
movement :
a.
Relaxed
passive movement.
b.
Forced
passive movement.
c.
Manipulative
passive movement.
Jadi dapat
disimpulkan, Terapi Latihan merupakan salah
latihan fisioterapi yang menggunakan gerak tubuh baik aktif maupun pasif